Senin, 14 April 2025

Lebaran 2025 Yang Berbeda Sekali Dibandingkan Tahun Kemarin

Lebaran Idulfitri 2025 sudah terlewat 2 minggu lalu. Hawanya masih ada walaupun mungkin kian hari semakin samar. Di rumah jejeran toples kue kering dan wafer masih menarik untuk disantap—setidaknya aku belum bosan memakannya sekarang.

Aku pikir menulis cerita tiap lebaran menjadi ritual tersendiri untuk blog ini—meskipun yah tahun kemarin terlewat dan diganti Iduladha. Namun, lebaran tahun ini adalah satu hal baru bagiku. Mungkin sebab satu dan banyak perubahan drastis terjadi dalam waktu singkat.

Hiruk Pikuk Lebaran Kali Ini

Ini adalah lebaran pertama tanpa Ibu. Rumah jelas lebih sepi di Ramadan kali ini. Terutama tanpa berisiknya Ibu dan kolak andalannya. Sedikit ganjil sih cuma berdua sama Bapak. Namun, perlahan keganjilan dan perubahan itu harus diterima.

Bicara soal persiapa lebaran, tiada yang menarik. Tidak ada persiapan yang ribet dan mewah. Sedikit yang berbeda adalah aku menyiapkan THR kecil-kecilan untuk keponakanku dan beli cemilan yang cukup banyak. Buktinya cemilannya masih menumpuk di lemari dan aku kepayahan menghabiskannya.

Persiapan salat dimulai dari jam 5 kurang sedikit. Sudah ribut bergegas mandi, mencari pakaian, menyiapkan alat salat, dan memanasi motor. Sekitar jam 6 lebih beberapa menit, kami berangkat ke Lapangan Bantarangin. Jalanan lenggang khas sekali sebab sepi. Semakin ke arah barat mendekat ke lapangan, kemuruan orang kian bergerombol.

Aku salat di saf sebelah utara barisan ketiga. Kalau aku pikir lagi, sepertinya ini jadi tempat langganan setiap aku salat Ied deh. Pokoknya aku meletakan alas salat menyempil di samping seorang ibu ramah dan segerombol keluarga 5 orang.

Beberapa obrolan sempat terjadi antara aku dan ibu-ibu di samping kiriku. Beliau ramah sekali pokoknya. Obrolan kami menyenangkan membahas tentang Salatiga dan Dieng. Aku pikir kemampuan komunikasiku bertambah 1 poin di obrolan kali ini.

Lebaran 2025 Yang Berbeda Sekali Dibandingkan Tahun Kemarin
Salat Ied di Lebaran 2025.

Obrolan kami terputus ketika mendekati waktu salat. Kalau tidak salah, salat Ied dimulai sekitar pukul 06.35. Matahari sudah sedikit meninggi, tetapi rasanya hangat bak dipeluk. Bahkan ketika mendengarkan khotbah rasanya nyaman saja tidak panas gerah. Sekitar jam 7 lebih, aku sudah kembali ke rumah bersama Bapak.

Tak lama, keluarga Bulik berkunjung ke rumah. Satu hal yang jujur tidak aku sangka karena rencana paling nanti hari entah keberapa bakal ke sana. Sebelumnya keluarga Masku juga sudah mampir sebentar ke sini sebelum lanjut berkeliling.

Tiada hal yang menarik di siang hari kecuali aku menyelesaikan novel N or M karya Agatha Christie.  Ceritanya menarik dan rekapnya bisa dibaca di sini nanti. Beberapa kali rasanya aku nyaris tertidur ketika menyandar tembok saking mengantuknya.

Rumah kembali ramai di sore hari. Keluarga Mbakku dari kota sebelah tiba. Tak lama kemudian keluarga Masku kembali datang. Ada banyak obrolan yang terjadi tapi samar aku ingat. Jujur ya, aku merasa lelah dan mulai tidak enak badan sebenarnya.

Satu hal membekas di lebaran kali ini adalah foto perdana keluargaku. Bapak, anak-anak Bapak, dan cucu-cucu Bapak berkumpul dalam satu frame. Rasanya asing, menggelitik, dan haru? Aneh saja. Soalnya Bapak sendiri bukan tipe orang yang suka difoto, jadi rasanya apa yah aneg pokoknya. Sejatinya ini adalah sebuah kenang-kenangan. Semoga kehangatan kenangan ini akan awet seterusnya.

Santapan Kuliner Lebaran Tahun Ini

Ngomoning lebaran tak ada afdol tanpa membahas makanan. Tiada kuliner yang muluk-muluk kali ini. Tak ada makanan berkuah santan atau daging merah. Adanya masakan sederhana yang super duper tidak ribet.

Lebaran 2025 Yang Berbeda Sekali Dibandingkan Tahun Kemarin
Makan lebaran tahun ini.

Pagi hari setelah salat, aku menggoreng nila dan tempe. Ikannya sudah dibersihkan dan dibumbui kemarin, pokoknya tinggal di goreng saja. Pendampingnya ada lalapan timun dan sambal tomat yang pedasnya cupu karena tidak ada yang bisa makan pedas.

Siangnya aku jujur tidak ingat makan apa. Mungkin aku kelamaan bergulung-gulung tidak jelas di kasur sampai lupa tidak makan.

Makan malamnya adalah bakso. Masku membawa bakso lengkap dengan mi kuning dan bihun. Pilih yang mana terserah pokoknya. Insiden yang terjadi adalah aku menuang garam kebanyaan di kuah bakso. Well, apa yang diharapkan dari orang yang tiap masak cuma bermodal feeling suka-suka ini?

Itu mungkin seluruh ingatan yang masih terbayang olehku di lebaran 31 Maret 2025 kemarin. Saat Magrib keluarga Masku pamit pulang, selesai Isya keluarga Mbakku yang pamit pulang, dan selepas jam 9 lampu rumah padam dengan manusia menghuninya yang sudah terlelap.

Cerita lebaranku mungkin tidak wah sekali. Namun, rasanya ada rasa tersendiri buatku. Meskipun yah sehari selepasnya aku batuk pilek parah dan baru sembuh kemarin.

Semoga aku dan Bapak masih bisa bertemu Ramadan dan Idulfitri tahun depan. Semoga pula akan banyak cerita hangat yang akan menghampiri keluargaku untuk esok dan seterusnya.

restyu, 140425.


EmoticonEmoticon