Puisi adalah salah satu karya sastra yang menarik. Aku yakin ada banyak orang yang biasa menulis puisi entah sebagai hobi atau memang dijadikan sebagai salah satu sumber pekerjaan. Puisi itu menarik dan susah-susah gampang bagiku.
Ceritaku tentang Puisi
Apa kamu suka puisi? Entahlah, aku kadang susah untuk menemukan jawabannya. Kurasa puisi itu kadang rumit tetapi memikat saat dibaca.
Apa kamu bisa menulis puisi? Jika ditanya bisa atau tidak, kurasa semua orang pasti bisa. Hanya saja ada yang mengganjal jika aku membaca ulang puisi buatanku. Ada yang kurang, entah apa itu rasanya ada yang ganjil dari apa yang kutulis.
Aku akui jujur jika selama sekolah dari SD hingga SMA, menulis puisi adalah hal yang kurang menyenangkan. Entah kenapa lebih menyenangkan menulis cerita pendek yang bisa memakan berlembar-lembar kertas dibandingkan dengan puisi. Bab mengenai puisi selalu menjadi sesi yang membuatku cemas entah kenapa.
Kurang suka puisi tetapi kok di sini ada publikasi puisi sih? Lucu tapi itu faktanya. Memang aku menulis puisi. Namun, kurasa puisiku itu jelek sekali. Bahkan kadang aku lebih suka menyebutkan not so called poem karena sangsi yang kutulis adalah puisi atau bukan.
![]() |
Puisiku di blog jurnal coretanku. Dokumen pribadi. |
Kurang paham tentang puisi tapi tetap mengenyel menulis puisi paling tidak sebulan sekali. Seperti beberapa puisi yang bisa kalian baca di label puisiku. Paling tidak sebulan sekali aku menulis sesuatu yang mengganjal di kepalaku walaupun setelah kutelitik agak random dan lebih mirip shit posting memang.
Lantas mengingat hal itu, aku memutuskan ya sudah belajar saja menulis puisi lagi. Lantas dimulailah pengalamanku belajar menulis puisi dari awal. Jujur sebenarya aku bingung mau belajar dari mana untuk mulai menulis puisi.
Ceritaku dibalik Sebulan Menulis Puisi
Kagok karena tidak terbiasa menulis puisi, jadinya aku memutuskan membuat tantangan: sebulan berpuisi. Paling tidak keinginanku untuk membiasakan diriku menulis puisi berdasarkan ide apa yang kurasa atau kualami dari kejadian sehari-hari. Hal ini kubuat utas di twitter untuk menjadi pengingatku.
Oh iya, aku sempat cerita mengenai hal ini di blog harianku yang menggunakan bahasa Inggris. Kalian bisa membacanya di tulisan Challenging Myself by Writing Poems for A Month.
Jadi, dimulai tanggal 1 bulan Agustus aku mulai menulis puisi yang kupublikasi di akunku di kompasiana. Mungkin untuk waktu seterusnya aku akan lebih sering mengunggah puisi di sana daripada di blog ini. Namun, siapa yang tahu?
Sebulan menulis puisi adalah tantangan tersendiri bagiku. Puisi berbeda dengan tulisan yang kutulis di sini. Semua tulisan di blog ini didominasi artikel, esai, dan opini. Jika dilihat saja sudah beda sekali kan gayanya dengan puisi.
![]() |
Dafter ide untuk sebulan menulis puisi. Dokumen pribadi. |
Jadi, aku memutuskan untuk membuat daftar ide yang akan kupilih di catatan. Kubuat daftar yang bisa diberi centang jika kugunkanan.
Idenya dari mana? Idenya dari kejadian sekitarku. Namun, kurasa perasaanku yang lebih sering menjadi dasarku menulis puisi. Nostalgia pengalaman juga kerap jadi dasar untuk puisiku di tantangan ini.
Susah-susah gampang sih untuk mencari ide menulis puisi. Walaupun sudah kubuat daftar seperti itu, ada kalanya kurasa idenya terlalu aneh untuk menjadi puisinya. Alhasil aku harus memutar otak mencari ide lain.
![]() |
Draf puisi untuk sebulan menulis puisi. Dokumen pribadi. |
Biasanya setelah mendapatkan ide, aku sering menulis draf yang kutaruh juga di catatan. Kenapa dibuat draf? Biar tidak lupa dan jadi dasar untukku mengembangkan puisi.
Biasanya tak banyak yang kuedit dari draf ke puisi yang akan kuunggah. Perubahannya hanya mengganti, menambah, atau mengurangi kata. Namun, ada beberapa kali juga aku mengubah total draf yang kutulis karena kurang sreg.
Sebulan ini rasanya sangat panjang dan super duper melelahkan untuk menulis puisi. Awalnya ada banyak ide yang menarik dan bisa dikembangkan. Semua itu semakin berkurang ketika waktu mendekati ujung bulan. Aku mulai kehabisan ide sehingga tak tahu apa yang harus kutulis. Kurasa tulisan puisiku di akhir bulan lebih terlihat seperti shit posting daripada puisi.
Kesanku Selama Sebulan Menulis Puisi
Lantas dari 31 puisi yang aku tulis, apa ada yang paling berkesan? Tentu saja ada. Aku merasa ada beberapa puisi yang benar-benar memuaskan saat kutulis. Ada rasa lega entah kenapa setelah berhasil menekan tombol tayangkan setelah puisinya rampung.
![]() |
Gradasi, salah satu puisi berkesan yang kutulis. Dokumen pribadi. |
Gradasi adalah salah satu puisi yang kutulis di tantangan bulan ini. Inspirasi dari kebiasanku dalam mewarnai yang kerap menggunakan teknik gradasi. Kurasa gradasi adalah kata yang dapat menyimbolkan banyak hal. Lantas dari gagasan itu kukembangkan jadi sebuah puisi.
Satu lagi puisi yang berkesan di tantangan ini adalah Es Terus. Jujur ketika menulisnya aku membayangkan dimarahi karena pilek tapi tetap ngeyel jajan es. Lantas kata-kata "Tuh kan, es terus sih!" terbayang di kepalaku selama menulisnya.
Selama belajar ini, aku juga bolak-balik mengecek KBBI dan bertanya ke mbah Google mengenai beberapa hal. Mencari sinonim, mencari makna kata, dan banyak hal lainnya adalah rutinitas. Pokoknya makin sering mencari banyak kata yang jarang kupakai.
Membaca beberapa puisi juga kadang menjadi rutinitasku sebulan belakang. Banyak puisi menarik yang dapat diakses dibanyak platform, salah satunya ya puisi di Kompasiana.
Ada banyak hal yang kudapatan dari tantanganku ini. Jendela wawasanku juga makin terbuka lebar karena puisi. Banyak hal baru yang menarik jika diselami lebih dalam ternyata.
Akhir Ceritaku dari Sebulan Menulis Puisi
![]() |
Beberapa puisi yang sudah dipublikasi di akun Kompasiana milikku. Dokumen pribadi. |
Akhirnya selesai juga tantangan untuk diriku sendiri, sebulan menulis puisi. Sebanyak 31 puisi atau kadang ada yang shit posting sudah berhasil rampung dan terbit.
Aku mulai sedikit terbiasa menulis puisi karena tantangan ini kurasa. Masih belum bagus dan memuaskan tetapi sudah mulai paham sepertinya. Banyak hal yang harus diperbaiki, jadi tentunya aku tak akan berhenti belajar.
Kedepannya, aku masih akan menulis puisi. Mungkin lebih banyak menulis puisi di Kompasiana sih. Namun, itu tak menutup kemungkinan untuk mungkin satu dua puisi dipublikasi di sini.
Intensitas untuk menulis puisi tentunya tak akan ekstrem, aku hanya akan menulisnya jika ada ide. Semoga nanti bakal lebih banyak puisi menarik dan bermanfaat yang dapat kubagikan. Pokoknya, aku akan belajar terus sampai entah kapan itu.
Jangan lupa mampir baca puisi yang sudah kutulis di Kompasiana ya!
coretan oleh restyu.
EmoticonEmoticon