Apa yang kamu harapkan dari kota kecil ini? Kadang pertanyaan itu muncul begitu saja tanpa aba-aba. Mungkin karena tempat tinggalku kecil jadinya rajin dibandingkan dengan kota besar yang pernah aku kunjungi.
Jangan pikir aku tak sayang kota ini ya. Jawabku dapat dibilang bias tapi sejauh aku hidup, di kota ini masih jadi tempat ternyaman dan terbaik bagiku. Apa inilah alasan kenapa kampung halaman itu selalu terasa khas? Soalnya ada nilai dan sentuhan yang tak dapat aku temu di tempat lain kecuali di sini, di kota ini.
Biasanya aku cerita kehidupan di siang hari, lantas kali ini biar aku cerita malam di kota ini beberapa waktu yang lalu. Aku selalu menganggap kehidupan siang dan malam berbeda. Karena ya memang vibes-nya dan hawanya benar-benar tak sama.
Malam kalau mau cari makan di Wonogiri ada beragam. Sate ayam, soto, pecel lele, bakso mi ayam, nasi goreng, susu segar, roti bakar, martabak, dan ragam lainnya tergantung mau pilih apa. Hanya saja malam ini pilihanku terjatuh buat beli bubur kacang hijau. Soalnya enak gak sih malem-malem maem bubur kacang ijo yang anget?
Waktu sekitar jam 7 malam lebih sedikit tapi lalu lintas sudah lebih sepi ketimbang siang hari. Soalnya bus-bus besar sudah tak beroperasi. Andaikan ada pun itu juga yang terakhir dan bersiap ke kandang. Mungkin kalau yang lewat berseliweran itu mayoritas bus antarprovinsi yang cuma lewat doang tidak berhenti di sini.
![]() |
Situasi jalan di depan tempat beli cemilan. |
Sebelum beli bubur kacang hijau di depan Pasar Wonogiri, aku mau jajan dulu. Menyetok sedikit camilan buat nyamik*1) buat mengisi mulut yang kadang rasanya pengin mengunyah ini. Akhir-akhir ini aku sering beli snak kiloan yang bukanya sore ke malam dekat Luwes Wonogiri. Paling jaraknya dari toserba swalayan kondang itu cuma sekitar 200-an meter.
Snack-nya beragam dijual dalam plastik dan toples di sebuah mobil pickup. Penjualnya ibu-ibu yang ramah. Ibunya bilang biasanya jualan di sana dari jam 5 sore. Kalau dari arah Gudang Seng posisi mobilnya ada di kiri jalan.
Malam di sekitar area ini masih cukup padat. Padahal nanti jam 8 toserbanya sudah tutup. Lantas kebanyakan toko dan penjual lainnya juga akan menutup kedainya dalam waktu tak lama kemudian. Namun, masih bisa dibilang cukup ramai sih rasanya walaupun tidak sepadat siang hari. Lebih lenggang dan khas saja pokoknya.
![]() |
Beli bubur kacang ijo depan Pasar Wonogiri. |
Habis membeli jajan, perjalanan malam ini berlanjut ke depan Pasar Wonogiri. Mau beli apa? Beli bubur kacang hijau yang jadi bintang utama malam ini. Kiosnya ada di kiri jalan dan seperti biasa yang beli banyak tapi aku bersyukur bisa dilayani cepat.
Dalam waktu mungkin 10 menit kurang sedikit sebungkus bubur kacang hijau sudah di tanganku. Harganya murah pula cuma Rp 6.000 per porsi. Penjualnya juga ramah dan sat set cepat melayani pokoknya.
Balik pulang jalanan kian sepi. Lampu kuning jalan tinggi besar di kanan kiri jalan kadang tak nyala semua. Membuatku sedikit menyipitkan mata dan harus konsentarasi. Soalnya ada beberapa spot yang beneran kalau malam gelap dan penerangan cuma dari lampu kendaraan.
![]() |
Beli matcha latte sebelum pulang. |
Selama perjalanan pulang beberapa tempat masih ramai. Contoh jelasnya alun-alun masih ramai. Pedagang yang jualan di sekitar Pokoh juga masih agak ramai. Cuma semakin ke arah timur rasanya semakin sepi. Seperti saat aku menepi buat beli matcha latte jalanan kian sunyi.
Agak antre sedikit tapi tak apa. Sambil menunggu minuman dibuat aku bengong lihat jalan. Kalau aku perhatikan dan pikir-pikir memang kenadaaran kian berkurang. Mana makin lama rasanya juga yang lewat makin mengebut cepat pula.
Habis beli matcha latte pokoknya langsung pulang. Jalan ke rumah ya kian sepi dan lenggang. Disalip kendaraan itu cuma bisa dihitung dengan dengan jari. Sama pula dengan aku yang cuma menyalip satu kendaraan saja. Belok ke rumah pun rasanya gampang gak ribet seperti di siang hari, tinggal nyalain lampu sein dan belok hati-hati.
Jam 8 lebih sedikit saat masukin motor ke garasi jalan raya depan rumah makin sepi dengan interval kendaraan menyusut. Semakin malam di kota kecil ini kian berkurang yang bepergian. Kendaraan yang banyak lewat juga semakin larut malah didominasi kendaraan besar dan berat ketimbang kendaraan kecil.
Namun, aku rasa begitulah hidup di kota kecil ini. Tak lengkap dan semewah dengan hiruk pikuk kota besar. Hanya saja mungkin karena itu sepi dan tenangnya terasa lebih menyenangkan bagiku. Soalnya rasanya malam benar-benar bisa berisitrahat dan menikmati sisa hari dengan santai.
restyu, 190924.
EmoticonEmoticon