Jumat, 26 April 2024

Pergi Ke Solo Naik Kendaraan Umum

Adapun sebenarnya pengalaman ini sudah lama. Tepatnya pertengahan Oktober tahun kemarin. Cuma nih, sebab tamu bernama writer's block mampir akhirnya baru kelar sekarang. Karena pengalaman ini berkesan dan membekas mulanya aku bagikan di sini.

Pergi ke Solo alias Surakarta dari tempatku tinggal ini sebenarnya cuma berjarak mungkin sekitar 30-an km. Kalau naik motor bisa ditempuh dalam kurun waktu 1 jam. Hanya saja akhir-akhir ini rasanya malas sekali keluar jauh naik motor tuh.

Sebab mau ambil buku yang sudah aku pesan di Gramedia Slamet Riyadi Solo melalui aplikasi Gramedia, akhirnya aku putuskan ke sana naik kendaraan umum. Soalnya sekarang ada banyak sekali pilihan kendaraan umum buat ke Solo dari Wonogiri.

Situasi di minibus yang agak sepi
Naik minibus setelah bertahun-tahun lamanya.

Perjalanan dimulai di pagi hari sekitar setengah jam sebelum jam 8 aku sudah rapi di depan rumah menunggu minibus. Jalan di depan rumah itu langsung jalan raya yang padat makanya minibus selalu lewat. Meskipun yah sekarang aku rasa minibus mulai makin jarang soalnya kebanyakan orang suka naik kendaraan pribadi atau ojol.

Naik minibus lagi setelah sekian lama keluyuran dengan motor tuh aneh. Kayak nostalgia dan asing di saat yang sama. Kangen banget soalnya pas sekolah dari SD sampai SMA sering pulang naik kendaraan ini. Di sisi lain, ada rasa asing juga soalnya lebih sepi ketimbang dulu.

Dari rumah sampai terminal di belakang pasar butuh waktu mungkin sekitaran 15 menit. Sebanyak Rp 3.000 jadi biaya perjalanan ini. Habis itu jalan sedikit banget ke stasiun kereta yang ada di dekat pasar.

Baca juga: Perjalanan Santai dari Wonogiri ke Solo dengan Railbus Batara Kresna

Situasi di Railbus Batara Kresna
Naik Railbus Batara Kresna tujuan ke Solo.

Sudah lama sih gak naik railbus ini. Untungnya aku sudah beli tiket lewat aplikasi KAI Access jadinya tak perlu takut kehabisan tiket kereta jam 8 yang cepat habis itu. Tepat pukul 8, perjalanan naik kereta ini pun dimulai.

Sudah banyak kursi yang terisi dari Stasiun Wonogiri. Aku bersyukur bisa dapat tempat duduk yang nyaman di samping jendela. Sambil menikmati pemandangan aku anteng selama perjalan yang butuh waktu sekitar dua jam untuk tiba di Stasiun Purwosari.

Naik railbus Batara Kresna bagiku selalu menyenangkan. Walaupun agak lebih lama ketimbang motor atau mobil tapi rasanya nyaman. Pemandangan sawah, rumah warga, dan kali yang asri itu rasanya beda saja. Belum lagi koceknya juga murah cuma Rp 4.000 untuk sekali perjalanan.

Jam 10 kurang seperempat akhirnya sampai di Stasiun Purwosari. Jujur saja sih pas sampai aku agak plonga-plongo sedikit. Agak bingung habis ini enaknya ke Gramedia jalan kaki, naik becak, naik ojol, apa naik BST saja, ya?

Situasi di Batik Trans Solo
Naik Batik Trans Solo setelah sekian lamanya.

Ujung-ujungnya pilihanku jatuh ke BST. Batik Solo Trans yang kerapnya aku sebut Batik Trans yang sudah lama sekali tak aku naiki. Terakhir kali naik tuh pas zaman masih ada petugas karcisnya tapi kan sekarang sudah pakai sistem cashless. Ketahuan doang ini sudah berapa lama.

Jujur sih, agak deg-degan naik Batik Trans ini. Soalnya aku takut salah naik karena koridornya ada banyak sekali dibandingkan di ingatanku dulu. Aku saja sampai bolak-balik mengecek aplikasi Teman Bus dan melirik monitor kedatangan bus di halte biar gak salah naik.

Namun, ketakutan itu sirna begitu saja ketika berhasil naik BST. Habis tap pakai e-money, aku duduk sambil sedikit celingak-celinguk. Busnya agak ramai tapi tidak sampai ada yang berdiri. Terus aku baru tahu kalau pembayarannya bisa pakai QRIS juga ternyata.

Pintu masuk Gramedia Slamet Riyadi Solo
Sampai di Gramedia Slamet Riyadi Solo.

Pokoknya tidak butuh waktu lama naik BST aku turun di halte yang jarknya mungkin 150 meter sebelum Gramed. Habis turun jalan sedikit deh ke sana. Hitung-hitung juga sebagai jalan-jalan soalnya yah emang jalan kaki walaupun capek tetap refreshing. Cuma sekitar 5 menitan akhir sampai deh di Gramedia Slamet Riyadi Solo.

Aku ingat betul kayaknya aku menghabiskan waktu 1,5 jam di Gramed. Cuci mata lihat buku setelah sekian lama itu gak kerasa banget. Terus tak lupa agak khilaf dikit beli satu buku yang sesuai dengan bujetku. Baru deh ke kasir bayar buku pilihanku sambil ambil pesanan buku yang via aplikasi.

Balik ke Wonogiri aku naik BST lagi. Aku turun di Halte Kantor Pos sebelum menyebrang ke Halte Benteng Vastenberg buat naik Trans Jateng. Perjalananku pulang pun dimulai dengan menunggu Bus Trans Jateng di halte sambil mengobrol dengan beberapa orang yang sama-sama menunggu.

Situasi di Trans Jateng Koridor 7
Naik Trans Jateng dari Solo ke Wonogiri yang ramai.

Di ingatanku yang samar, agaknya butuh waktu hampir setengah jam buat bisa baik Trans Jateng tujuan Wonogiri. Soalnya busnya benar-benar tengah penuh sesak. Ini saja aku naik bus yang kedua sebab bus yang pertama full sampai diarahkan petugas karcisnya naik bus berikutnya saja. Itu pun di bus kedua ini sebenarnya sama sesaknya.

Petugas karcis di Trans Jateng ini ramah loh. Masnya mengarahkan penumpang dengan baik dan sabar banget. Pembayaran bisa tunai dan cashless, kebetulan kali ini aku pilih bayar pakai QRIS lewat aplikasi dompet digital. Murah kok cuma Rp 4.000 saja aku bisa pulang.

Serius deh, pengalaman naik Trans Jateng perdanaku ini benar-benar sesuatu banget. Soalnya penuh sesak banyak penumpang. Mungkin sebab hari Sabtu mulanya ramai sekali. Aku rasanya jadi pepes yang dikukus selam satu jam perjalan.

Soalnya emang gerah dan panas walaupun sudah dinyalakan AC-nya. Belum lagi di luar suhunya panas berada sekitar 42°C ketika mengeceknya di handphone. Air minum yang aku bawa di tas rasanya tak terlalu menolong soalnya ya emang panas banget!

Aku benar-benar baru bisa duduk pas sudah masuk Wonogiri tepatnya di pemberhentian dekat SD 6 kayaknya. Jadi, sepanjang Surakarta hingga Wonogiri aku berdiri dengan tas berat berisi buku dan berdesakan. Rasanya tuh pas duduk walaupun sebar tapi lega banget soalnya kaki lemes dan pegel.

Pemberhentian terakhir tempatku turun adalah di halte yang berada di Terminal Tipe C Wonogiri. Kira-kira jam 1 siang lebih aku baru sampai Wonogiri dalam keadaan capek luar biasa. Sebelum pulang aku makan bakso sambil mimik*1) es teh buat mengisi tenaga yang terkuras habis di Bakso Mie Ayam Gajah Mungkur.

Pulang naik Gojek.
Pulang naik Gojek sampai rumah.

Habis makan dan punya sedikit tenaga baru deh aku pulang. Pulangku gak berani naik minibus lagi soalnya kadung*2) lemes capek. Mau menelpon minta dijemput bapak juga rasanya gak enak. Pada akhirnya aku pulang naik Gojek deh. Butuh waktu sekitar 20 menit dari menunggu driver Gojek hingga sampai depan rumah.

Perjalanan ke Solo full naik kendaraan umum setelah sekian lama tuh gak bisa aku pungkiri kalau capek banget nget nget. Namun, fasilitasnya sebenarnya sudah oke sih. Cuma mungkin hanya perlu dibenahi di beberapa hal biar rasanya lebih cepat gitu selama berpergian.

Jadi, aku kapok gak nih naik kendaraan umum ke Solo? Jawabku enggak dong! Agak capek tapi di sisi lain buatku sedikit lebih nyaman dan jelas lebih murah ketimbang pas naik motor.

Mungkin entah kapan nanti kalau mau jalan-jalan santai ke Solo aku bakal naik kendaraan umum lagi deh. Soalnya ya, ada sensasi tersendiri gitu bepergian tidak naik kendaraan pribadi yang susah banget aku jelasin.

restyu, 260424.

Glosarium:
*1) Mimik (bahasa Jawa) minum.
*2) Kadung (bahasa Jawa) terlanjur.


EmoticonEmoticon