Jujur saja aku jarang, bahkan mungkin jarang sekali, belanja ke pasar. Mungkin sebab aku selalu tersesat tiap masuk pasar mulanya aku enggan ke sana. Belum lagi ada pengalaman memalukan diri kecilku di pasar saat masih kecil.
Akan tetapi setelah sekian purna tak pernah pergi ke pasar, akhirnya aku pergi ke sana juga. Sebab beberapa barang yang aku butuhkan memang lebih mudah ditemukan di pasar dibandingkan di warung.
Tak cuma itu sih, bisa dibilang mungkin pergi ke pasar ini sebagai pembuktian juga. Beberapa waktu yang lalu aku sempat baca berita jika pedang pasar semakin sepi. Banyak kios yang tutup dan pasar kian sepi. Jujur aku agak gimana gitu habis membaca berita itu. Aku pikir setiap aku naik motor lewat depan pasar pasti ramai kok. Lantas memangnya benarkah?
Pasar yang aku datangi adalah Pasar Wonogiri. Jaraknya mungkin sekitar 4 km dari rumahku. Kalau naik motor butuh waktu 5-10 menit lah kalau kehalang bangjo*1).
Bersama Bapak motor yang kami kendarai di parkir di dekat area terminal angkot. Habis itu masuk saja ke pintu yang sudah lama tak aku kunjungi ini.
![]() |
Keadaan Pasar Wonogiri dari sudut lantai 2. |
Suasana pasar yang masih sama di ingatanku yang agak samar ini. Ramai dan ada kesan tersendiri menandakan ini pasar. Banyaknya ibu-ibu yang terlihat mondar-mandir menenteng kresek. Suara pedagang yang menawakan dagang. Aroma pasar yang entah kenapa khas. Pokoknya vibes pasar langsung kerasa deh.
Plonga-plongo*2) sebab baik aku dan Bapak jarang sekali pasar, akhirnya ya sudah jalan saja dulu. Melangkah lamban dan melihat kios-kios mencari di mana barang yang kami cari dijual.
Pemberhentian pertama kami adalah kecil yang menyempil di tengah jejeran sayur mayur. Bau jamu khas menguar di sektiar area ini. Simbah sepuh*3) pemilik kiosnya ramah. Untuk sekilo jahe dan setengah kilo lemon totalnya Rp20.000 dapat diskon Rp1.000 padahal harusnya Rp21.000. Alhamdulillah, rezeki ya jangan ditolak dong.
![]() |
Beli bawang merah buat ditanam nanti. |
Habis itu ya putar-putar keliling pasar. Niatnya mau cari tampah*4) buat jemur beberapa hasil panen. Saat berkeliling lantai dua malah salah fokus di salah satu kios yang jual kebutuhan pokok. Ada brambang*5) yang agak beda.
Bawang merah yang bagian atasnya masih ada daun keringnya. Belum lagi ada bedak yang menghiasinya. Sambil memberi tahu Bapak kalau yang begini biasanya dibuat jadi bibit buat ditanam ujung-ujungnya malah beli padahal niat awal cuma lihat-lihat saja. Namun, lumayan deh dapat brambang seperempat kilo.
Berputar-putar dan berkeliling hingga nyasar. Aku sampai entah di area mana. Bapak terlihat santai saja dan menikmati waktu berkeliling kami. Namun, semakin lama berkeliling jawaban pertanyaanku apa pasar semakin sepi mendapat jawaban.
Memang agak sepi sekarang. Area lantai dua yang dalam ingatanku sangat ramai kini lebih lenggang. Orang-orang lebih ramai di lantai satu yang kebanyakan diisi sayur, daging, ikan, dan kebutuh pokok lainnya.
Kios-kios banyak yang tutup. Entah ada berapa kios yang tutup. Bahkan di beberapa sisi jumlah kios yang buka bisa dihitung jari. Rasanya sepi dan aneh saja. Asing saja ketika menyadari pasar yang terkenal ramai kok jadi begini.
![]() |
Kios perkakas yang menjual beragam perkakas. |
Usai berputar tak jelas dan berhasil sampai di kios yang menjual alat-alat perkakas akhirnya bisa beli 2 tampah besar. Ada banyak barang perkakas tak cuma dari bambu tapi juga dari besi. Ada beberapa model pisau yang jarang aku lihat dan gunanya ternyata beda-beda.
Sayangnya nih sandal ban di sana tak ada yang ukurannya kecil. Malah Bapak berujung beli sandal karet yang kayaknya bakal sering digunakan buat mancing atau ke kebun. Hal lucu yang aku tahu adalah Bapak memiliki kemampuan menawar yang luar biasa lebih bagus daripada aku yang terima sajalah harganya kalau susah ditawar.
Usai mendapatkan semua yang dibutuh ya sudah langsung pulang. Lucunya masuk lewat pintu samping keluarnya malah leawat pintu tengah. Paling tidak ini tidak kesasar jauh dan kesusahan cari pintu keluarnya.
Namun, sebelum balik ke parkiran lagi-lagi malah mampir ke kios beli topi. Kiosnya ada di sudut terluar pasar. Bapak pedagangnya ramah dan sigap melayani dan memberi topi sesuai yang Bapakku minta.
Pokoknya selama nyaris 1 jam berkutat di Pasar Wonogiri semua barang sudah didapat. Sebenarnya pengalaman yang jujur benar-benar biasa sih. Namun, aku merasa kali ini rasanya entah kenapa berbeda dan berkesan. Mungkin sebab lama tak ke pasarnya jadinya aku merasa seperti ini.
Akan tetapi, ada satu hal pasti yang aku sadari. Pasar menyenangkan kok. Pedagang ramah dan banyak yang bungah saat kita membeli barang mereka. Senyum mereka lebar dan menyenangkan dan enak untuk diladeni. Kayak apa, enak saja gitu rasanya menginjak pasar setelah sekian lama walaupun masih agak umpel-umpelan*6) terkadang.
Mungkin dari sekarang aku bakal lebih rajin di pasar. Bukan soal harga barangnya yang lebih murah dan komplit dibanding di warung langganan dekat rumah. Namun, suasana yang beda akan aku anggap jalan-jalan dan ganti suasa sih. Sebab aku rasa rutinitas belanja ke pasar memang bukan sesuatu yang buruk.
restyu.
EmoticonEmoticon