Bahasa Jawa untuk aku bisa aku dan kula. Sedangkan untuk kamu dalam bahasa Jawa ada kowe, sampeyan, dan jenengan. Lantas kita apa bahasa Jawanya?
Pertanyaan ini dimulai dari salah satu cuitanku di twitter. Aku sedikit nostalgia membahas mengenai beberapa materi bahasa Jawa yang kupelajari salah satunya sesorah*1).
Sesorah alias pidato adalah materi yang paling berkesan sampai sekarang. Mengapa demikian? Karea aku masih ingat bagian awal pidato bahasa Jawa milikku setika ujian kelas 9 sampai sekarang.
Pertanyaan mengusik kepalaku adalah kata kita. Pasti di awal pidato ada bagian ucapan puji syukur kehadirat Tuhan, biasanya akan menggunakan kata kita karena cakupannya adalah pembaca pidato dan pendengar. Namun, di teks pidatoku tak menggunakan kita.
Hah, bagaimana? Jadi, bagian yang "Marilah kita mengaturkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa" dalam pidatoku dulu aku menggunakan "Sumangga kula panjenengan ngaturaken puji syukur dumateng Gusti Allah SWT*2)."
Iya, kula panjengan bukan kito. Mengapa demikian? Karena memang bahasa Jawanya kita apa? Kito? Kok rasanya malah tidak mirip bahasa Jawa dan jadinya aneh.
![]() |
Ilustrasi percakapan membahas kita dalam bahasa Jawa. Gambar oleh restyu. |
Sepahamku selama aku ngobrol ini itu menggunakan bahasa Jawa, kita pasti kuucap awake dhewe*3). Iya, itu adalah penggunaan dalam bahasa ngoko. Namun, bahasa kramanya apa?
Serius bahasa Jawa kita itu kito? Aku bertanya-tanya akan hal itu sampai sekarang. Dulu ketika aku ingin menulis kito dalam teks pidatoku, Bapak yang membantuku menyusun teks pidato mengomel, "Emangnya ada orang pidato pakai bahasa Jawa yang krama pakai kito?"
Setelah kupikir-pikir, iya juga sih. Aku tak pernah dengar orang menggunakan kito dalam pidato apapun. Lantas untuk mengganti awake dhewe yang ngoko, Bapak menyuruhku menggunakan kula panjenangan.
Aku masih berpikir sampai sekarang apakah kito ini memang benar bahasa Jawa untuk kita? Seperti yang kita tahu, memang ada beberapa huruf a yang terdengar seperti o dalam bahasa Jawa ketika diucap. Namun, bukan artinya sebuah yang menggunakan huruf akan menjadi o. Setahu ada aturannya sih.
Amannya sih aku menggunakan awake dhewe atau kula panjengen ketika menyebut kita dalam bahasa Jawa. Lebih aman menggunakan yang sudah jelas aku tahu sampai sekarang. Meskipun begitu, rasa penasaran masih menghantuiku. Kito ini memang bahasa Jawa kita atau bukan sih?
coretan oleh restyu yang dikembangkan dari [utas: sesorah dan kita] pada 170822.
*1) Sesorah (bahasa Jawa) pidato.
*2) Marilah kita mengaturkan puji syukur kepada Allah SWT.
*3) Awake dhewe (bahasa Jawa) kita dalam ngoko.
EmoticonEmoticon