September sudah di pertengahan, hujan juga makin rajin mampir. Faktanya musim hujan sudah tiba di kita. Jadi, ya tak heran rasanya tiada hari tanpa hujan.
Hujan kian sering mampir tanpa permisi. Turun dari siang dan pergi kala malam adalah hal biasa sekarang. Berpergian rasanya jadi tidak senyaman dulu karena hujan bikin repot dan malas untuk keluar.
Jadi pengendara motor di musim hujan itu susah. Naik motor sudah jelas bakal buat bersinggungan langsung dengan air hujan. Beda ceritanya dengan pengemudi mobil yang akan selalu kering.
Jas hujan jadi barang wajib di jok motorku sekarang. Jas hujan satu-satunya pelindung agar tak langsung kuyup disiram hujan. Paling tidak yang basah hanya kaki dan tangan. Sandal jepit sih opsional ketika berkendara pakai sepatu agar kaki tak lembab dan sepatu cepat rusak.
Bicara musim hujan bagiku erat dengan jas hujan. Aku ingat pertama kali beli jas hujan untuk diriku sendiri bareng bapak ketika aku sudah punya SIM. Beli jas hujan karena seragam sekolah pakai rok dan butuh jas hujan yang rok juga.
Loh kenapa tidak pilih yang ponco? Entahlah, waktu beli bersama bapak pilihan langsung jatuh ke jas hujan dengan rok daripada ponco. Jujur saja sih sampai sekarang aku belum pernah pakai jas hujan ponco.
Namun, sekeren-kerennya desain jas hujan. Aku tetap tidak terlalu suka pakai jas hujan. Andaikan tak deras dan sudah dekat aku lebih terima sedikit basah daripada pakai jas hujan.
Pakai jas hujan itu ribet. Pertama harus menepi berhenti, kalau bisa cari yang agak teduh agar tak kuyup kalau apes ya sudah basah-basahan pakai jas hujan. Lepas helm, ubah posisi tas, ganti sepatu ke sandal, baru pakai jas hujan. Langkahnya cukup panjang dan lama.
Jas hujan juga tak serta merta menjamin tubuh kita tak kuyup. Entah bagaimana masih saja basah padahal sudah ditutup jas hujan. Heran padahal sudah rapat dan resleting juga rapat masih bisa-bisanya basah.
Poin lain tidak sukaku dari jas hujan adalah gampang sekali robek. Perasaan aku tidak petakilan*1) selama memakai jas hujan. Kok tetap saja jas hujanku bisa robek. Heran saja memikirkannya.
Selain itu, selepas pakai jas hujan dan tidak dijemur dengan benar akan bau dan meninggalkan jejak gelap titik hitam. Mungkin bisa dibilang semacam jamur. Pokoknya tidak enak deh kalau tidak bisa merawat jas hujan dengan benar.
![]() |
Ilustrasi percakapan berdasarkan pengalaman. Gambar oleh restyu. |
Kurasa ini adalah yang semua orang ketahui. Beda wilayah beda cuaca. Di daerah kita hujan deras tak menjamin di daerah lain senasib juga.
Kadang ketika sudah pakai jas hujan elah dalah beberapa meter ke depan sudah cerah tanpa rintik sama sekali. Rasanya usaha pakai jas hujan yang ribet ngamplah*2). Malu kadang dilihatin orang, jadinya merasa nyeleneh*3) sendiri karena pakai jas hujan. Namun, kalau berhenti dan lepas jas hujan juga ribet, apalagi bila tujuan sudah sangat dekat.
Namun, ya mau bagaimana lagi? Jas hujan adalah pilihan terbaik agar tak basah kuyup pengendara motor. Sebab berteduh itu kadang kala lama dan nekat menerobos tanpa jas hujan sudah pasti berakhir masuk angin. Jadi, ya jas hujan memang pilihan terbaik pengendara motor di musim hujan kan?
coretan oleh restyu yang berulang kali pakai jas hujan di musim hujan.
*1) Petakilan dalam bahasa Jawa digunakan untuk menjelaskan perilaku yang banyak tingkah.
*2) Ngamplah adalah kata dalam bahasa Jawa yang digunakan di beberapa wilayah, seperti di Wonogiri. Ngamplah sendiri artinya percuma atau sia-sia.
*3) Nyeleneh artinya berbeda sendiri dalam bahasa Jawa.
EmoticonEmoticon