Bulan Agustus sudah mau di ujung bulan. Walaupun hujan bolak-balik mampir, tapi gerah masih tidak tertolong. Apalagi di siang hari rasanya butuh sesuatu yang segar di tenggorokan.
Aku mengipas wajah yang berkeringan saat menunggu pesanan di warung. Entah kenapa aku kerap ke warung sekarang, baik itu warung untuk belanja atau warung sederhana untuk makan. Warung rasanya jadi tempat yang tak asing Wajar sih, warung juga harganya lebih merakyat.
Siang yang gerah walaupun awan kelabu berkumpul di langit. Gelap tapi panas tidak tertolong. Mungkin selepas selesai dari urusan di warung ini aku bakal gulung-gulung saja di lantai yang dingin.
![]() |
Serenteng Teh Sisri di warung. Foto oleh restyu. |
Bengong menunggu barangku yang masih dibungkus membuatku melirik sana-sini. Mencari sesuatu agar tak terlalu bosa. Lantas satu hal berhasil menarik atensiku. Nama yang lama tak kutemui selepas aku lulus dari SD, serenteng Teh Sisri.
"Bu, tambah es tehnya ya satu."
"Es teh biasa apa es teh Sisri mbak?"
"Teh Sisri saja Bu. Saya lama gak minum itu soalnya."
Setelah berucap itu aku menyengir sambil haha hehe ketawa kecil. Si Ibu pemilik warung hanya mengulas senyum membalasku. Lantas tak butuh waktu lama beliau mulai membuat es teh Sisri yang kuminta.
Aku masih kaget bisa mendapatkan seplastik Teh Sisri pakai es di siang yang panasya minta ampun seperti sekarang. Kepalaku menilik kenangan yang sudah sangat lama. Sudah berapa lama ya sejak terakhir kali aku minum ini?
Ingatan yang kuingat jelas dari minuman ini adalah ketika aku masih SD. Setiap pulang sekolah, aku sering beli ini. Belinya di warung bakso depan SD yang sekarang sudah digusur karena area depan SD ditertibkan tidak boleh ada PKL di trotoar.
Omongan orang tentang time flies itu memang benar deh. Seingatku dulu aku bisa beli harganya seplastik Rp 500, paling mahal sih Rp 1.000. Sekarang saja beli teh sisri sebungkus harganya Rp 2.000 kalau tidak Rp 2.500. Sudah naik yah, harganya.
Minum es teh Sisri sambil menunggu minibus untuk pulang. Terus berteduhnya di bawah pohon talok yang yang ada di depan warung bakso, kalau tidak di pohon talok depan tukang sate kambing. Habis itu buat pulang dari SD sampai ke rumah cuma butuh Rp 1.000 saja.
![]() |
Es teh Sisri yang kucoba lagi setelah sekian lama. Foto oleh restyu. |
Minum es dari plastik memang beda. Sesuatu yang lumrah di Indonesia sekali kan? Rasanya juga masih sama tak jauh beda dengan teh sisri dulu dalam ingatanku. Manis gula batu dan wangi melati yang khas. Masih enak seperti dulu dan tentunya masih menyegarkan.
Murah meriah tapi menyegarkan. Diriku yang masih bocah selalu gembira dengan hal sederhana seperti itu. Buktinya es teh Sisri selalu bikin happy setiap pulang sekolah sembari menunggu minibus yang penuh anak sekolah bergelantungan.
Aku menyesap teh ini sambil tersenyum mengingat masa lalu. Rasanya selalu manis mengingat beberapa masa kecil yang sempat terlupa. Kurasa nostalgia menilik masa lalu memang kadang dibutuhkan untuk setiap orang.
Baca juga: Minum Teh Sebuah Kebiasaan Yang Sudah Lama Ada
coretan oleh restyu sambil nostalgia kenangan masa SD.
EmoticonEmoticon