Hiburan ketika suntuk pasti beragam tak sama untuk satu orang dengan yang lain. Aku kala suntuk biasanya sering bergumam tembang*1) ataupun lagu anak-anak. Tembang? Iya, tembang Jawa yang sempat kupelajari ketika di tingkat sekolah dasar masih melekat beberapa sampai sekarang.
Aku secara pribadi jujur saja aku buta hal yang berkaitan musik, aku hanya terbiasa mendengarkan. Namun, aku yang kemampuan bahasa Jawa masih dibilang cetek ini selalu menikmati saat ada yang nembang*2). Rasanya rileks menenangkan, meski kalau ditanya paham tidak hanya haha hehe.
Pemahamanku tentang tembang pun masih sangat dangkal. Semua itu hanya bersumber dari ingatan sekolah. Berbeda dengan bapak dan ibu yang masih fasih nembang. Katanya mereka pelajari saat kecil dan tak sebatas dari sekolah, malah didapatkan saat melihat pertunjukan wayang atau bahkan dari simbah.
Bicara tentang tembang, rasanya jadi nostalgia pertama kali mengenalnya. Pertama kenal dengan lagu Jawa ini ketika masih pakai seragam putih merah. Pelajaran Seni Suara Daerah, biasanya disingkat SSD, waktu itu menjadi pelajaran menyenangkan walaupun selalu deg-degan setiap maju penilaian nembang.
Banyak istilah asing masuk telinga selama pelajaran SSD, mulai dari gatra, guru lagu, guru wilangan, tembang macapat, tembang dolanan, gagrak lawas, gagrak anyar, dan masih banyak istilah lainnya. Namun, mempelajari gending*3) Jawa tak sebatas buat sekedar tahu dan hiburan saja sih, ternyata di dalamnya ada nasihat.
Mungkin tembang Jawa yang kurasa masih sangat familiar di telinga untuk sekarang ini sih yang tembang dolanan*4). Pasti familiar dengan Jamuran, Mentok Mentok, dan Padang Bulan kan? Nah lagu-lagu tersebut termasuk tembang dolanan dengan jenis gagrak lawas*5).
Kalau ada gagrak lawas, berarti ada gagrak anyar*6) dong? Iya, tembang gagrak anyar biasanya lebih modern dan diketahui siapa penciptanya. Pasti pernah dengar lagu dengan penggalan lirik ini "Alerap-lerap banyune segara" kan? Nah, lagu Prau Layar adalah contoh tembang gagrak anyar.
Satu hal yang kuingat jelas ketika belajar SSD adalah aku pernah sampai pergi ke rumah pakde dan bude untuk minta diajarin nembang. Kebetulan ada pakde yang bisa nembang dan tentu saja tak kulewatkan kesempatan itu untuk minta diajari tembang macapat*7) Dhandanggula yang susah untukku pribadi.
Hah, setelah diingat kembali rasanya sudah sangat lama sekali ya? Bertahun-tahun sudah terlewat sejak aku belajar SSD. Pelajaran ini melekat sekali ketika masih SD, berbeda dengan masa SMP dan SMA yang sama sekali tidak mengulik lebih tembang Jawa. Pelajaran SSD rasanya dilebur dengan pelajaran Bahasa Jawa sekarang.
Andaikan kita belajar macapat itu pun hanya sepintas hanya tau inti sari dan aturan tembang. Tidak sama sekali menyentuh bagaiman cara menyanyinya. Padahal kurasa akan lebih masuk ketika mempelajarinya dengan diajari menyanyi. Melalui cara itu, kita paham pitutur*8) yang ada di dalamnya serta kaidah dalam penulisannya dengan dipraktekan langsung.
Waktu bergulir lagi dan setelah lama dan sekarang hanya sebatas kadang mendengar tembang Jawa, jujur perlahan aku lupa. Dulu sih dari 11 tembang macapat, aku bisa hapal 6 sedangkan sekarang? Mengingat 3 saja sudah syukur dan itu pun terkadang lupa lirik.
Aku ingat sekali satu tembang yang dulu kuhapal hingga beberapa bait. Tembang Pangkur dulu bisa paling tidak hapal 2-3 bait eh, sekarang 1 bait saja sering lupa. Menyedihkan dan memalukan sih, tapi yah itu memang terjadi.
Tak hanya macapat yang dalam ingatanku semakin terkikis, aku sekarang bahkan sedikit lupa dengan sekar tengahan*9) dan sekar ageng*10). Aku memang belum pernah mempelajarinya ketika SD tapi paling tidak disinggung sedikit. Namun, sekarang aku hanya tau nama tanpa ingat sedikit pun dengan penjelasannya walaupun seuprit.
Entah sudah berapa kali aku menghela napas selama menulis ini. Malu juga sih menyadari apa yang terjadi. Karena jika tembang Jawa kita aja lupa, lantas yang menjaga kelestarian tembang Jawa berikutnya siapa dong? Kurasa mulai sekarang aku akan kembali belajar nembang sedikit paling tidak kembali mengingat sekar alit*11) dan tembang dolanan. Paling tidak bisa jadi hiburan kala suntuk kan?
coretan oleh restyu dari [utas: nostalgia tembang jawa].
1) Sekarang dikenal dengan lagu tapi sebenernya adalah sajak dari zaman dahulu dalam bahasa Jawa.
2) Melagukan sebuah tembang.
3) Lagu
4) Tembang Jawa yang banyak dinyanyikan anak-anak terutama ketika bermain bersama teman.
5) Tembang yang sudah ada dari zaman dahulu, diwariskan dari mulut ke mulut, tanpa diketahui penciptanya.
6) Tembang yang lebih modern dibandingkan gagrak lawas, biasanya diketahui siapa penciptanya.
7) Tembang Jawa yang biasanya berisi petuah dan memiliki aturan dalam penulisannya.
8) Nasihat
9) Tembang yang tingkatannya di antara macapat dan sekar ageng.
10) Tembang yang
11) Nama lain tembang macapat.
EmoticonEmoticon