Sabtu, 30 April 2022

Si Perkutut Jawa Pengunjung Harian di Belakang Rumah

Rumahku bukan di area hiruk pikuk kota maupun desa yang asri. Satu hal yang kutahu akses pergi dari rumahku sangat mudah karena jalan antaraprovinsi yang membentang di depan. Bising kendaraan wira-wiri*1) menjadi suara yang menemaniku sedari kecil. Meskipun begitu, burung liar masih kerap berkicau di halaman belakang rumah. Ini adalah ceritaku mengamati satu tamu langganan yang mampir ke rumah setiap hari, si burung perkutut jawa.

Halaman belakang rumahku tidak terlalu luas tapi cukup untuk ditanami beberapa tanaman. Pagar  suram bagian luar yang dulu tertutup oleh bambu tinggi kini terlihat berbeda ketika tumbuhan tinggi itu dirampasi*2) oleh tetangga. Pohon-pohon besar yang jauh di belakang masih sama seperti ketika aku kecil, hanya semakin tinggi saja dan beberapa hilang ditebang.

Sedari kecil aku memang sudah terbiasa dengan kicau burung liar belakang rumah. Biasanya sih hanya kicau dari burung-burung kecil seperti prenjak dan pleci. Kadang kala kalau beruntung bisa melihat kolibri jawa yang sedang bertengger di pohon pepaya atau talok*3). Tak lupa juga satu burung yang kerap sekali kita temui dimana-mana bertama, ya burung gereja juga sering mampir ke sini.

Pada poin tertentu aku menyadari ada satu anomali di belakang rumah. Burung gereja yang rajin mampir mulai tak terlihat. Alih-alih burung kecil berwarna cokelat itu, aku malah menemukan burung berwarna kelabu yang sangat tak asing bagiku.

Perkutut Jawa Liar
Perkutut jawa liar di belakang rumah. Gambar oleh restyu

"Lah Pak! Kok ana kutut ning mburi omah!"*4)

Laporanku itu hanya dianggap cuek bapak yang memang sering menghabiskan harinya di belakang rumah entah berkebun atau membuat sesuatu. Bapak yang masih berkutat dengan pekerjaannya hanya membalas, "Wis biasa iku. Biasane mrene notoli sego, beras, utowo biji opo ngono. Jarne wae."*5)

Aku berkahir mangut-mangut saja mendengar penjelasan itu. Lantas kadang kala tertentu seperti pagi, siang, ataupun sore kuusahakan untuk mengecek burung pemakan biji-bijian itu. Setahuku ada 3 burung kutut*6) yang sering datang. Namun, akhir-akhir ini hanya terlihat 1 atau 2 saja, bapak bilang mungkin burungnya sedang angrem*7) karena ini waktu bertelur.

Perkutut si pengunjung harian di belakang rumahku adalah perkutut jawa. Mereka sedikit berbeda dengan perkutut yang dipelihara sebagai burung kicau. Jika tidak salah perkutut kicau biasanya adalah perkutut bangkok. Tubuh kutut jawa seperti terlihat lebih kecil dan suara kicauannya berbeda. Kicau mereka pendek dan tidak sekeras perkutut di tempat pakde dan bude.

Mengamati mereka membuatku mendengar banyak cerita mengenai burung kelabu itu. Perkutut bisa berumur panjang, kata bapak bahkan bisa beratus tahun. Berbeda dengan burung pemakan serangga, burung pemakan biji-bijian justru bisa bertahan hidup lebih lama. Perkutut juga biasanya akan bertelur pada sekitar awal tahun sebanyak 1-3 butir telur dengan sarang mereka yang lebih dalam berbanding terbalik dengan sarang prenjak di pohon sawo tetangga. 

Aku pernah ditanya apa mau pulut*8) kutut itu sama bapak. Aku tentu saja menolaknya. Biarin saja, toh mereka juga tidak menganggu kan. Lagi pula rasanya aneh ketika burung yang masih bisa berkicau dengan bebas di belakang rumah tiba-tiba terkurung di kandang dan menjadi peliharaan. Kalau memang bukan hewan yang diternakkan untuk dipeliharan, kurasa memang rumah mereka di alam liar bukan di kandang buatan.

Hari-hariku masih seperti biasanya. Kalau ada waktu biasa menengok dari pintu belakang rumah mengintip keseharian si pengunjung harian belakang rumah. Mereka masih di sana, sibuk berjalan lamban sambil mencari beberapa biji yang tercecer di paving. Aku hanya berharap yang terbaik untuk burung-burung liar itu. Ah, semoga saja kucingku tidak berlari mengejar dan menangkap mereka, meskipun Gahar hingga sekarang tak pernah melakukan hal itu sih.

pengalaman oleh restyu, 300422.

Glosarium:
*1) Mondar-mandir
*2) Dipotong atau dipangkas agar rapi.
*3) Pohon rindang dengan buah merah kecil mirip ceri, di beberapa tempat disebut dengan kersen.
*4) Lah Pak! Kok ada kutut di belakang rumah!
*5) Sudah biasa itu. Biasanya juga makan nasi, beras, atau biji apa gitu. Biarin saja.
*6) Beberapa orang kerap memanggil perkutut dengan kutut agar lebih pendek.
*7) Mengerami telur
*8) Menangkap burung dengan jebakan lem.


EmoticonEmoticon