Dari banyak hal yang kulalui, mungkin aku paling banyak melamun setiap pulang sekolah. Perjalanan pulang tanpa kendaraan pribadi menempuh waktu lama berhasil membuatku terpaku dan berpikir banyak hal random. Salah satu yang kerap kupikirkan selama perjalan pulang adalah kendaraan umum.
Public transportation alias kendaraan umum menjadi hal menarik setiap aku pulang. Aku yang belum punya SIM selalu pulang dengan moda transportasi ini kalau tidak dijemput bapak. Ada banyak hal yang kerap kucermati selama aku pulang naik kendaraan umum.
Baca juga: Perjalananku Selama Pulang Sekolah
Kendaraan umum di tempatku besar ini tak terlalu banyak. Ada beberapa jenis kendaraan umum di sini: minibus, angkuta kota, bus antar kota, kol*1), dan satu kereta yang hanya beroperasi 2 kali sehari. Semuanya pernah kugunakan. Namun, yang paling sering ya minibus karena selalu lewat depan rumahku yang di pinggir jalan besar.
Minibus yang kunaiki dari sekolah dasar hingga menengah atas tak terlalu banyak berubah. Kernet dan supir ya itu-itu saja, bentuk kendaraan yang tak berubah. Mungkin yang berubah cuma tarif kendaraan saja sih. Saat masih SD, aku cukup membayar Rp 1.000 dari sekolah sampai depan rumah. Namun seiring waktu berubah dan kini aku membayar Rp 2.000 untuk sampai depan rumah.
Keadaan minibus yang kurasa selalu sama. Setiap pagi padat dan umpel-umpelan*2) baik pedagang, siswa, dan pagawai kantoran. Jam pulang juga sama berdesakan hingga minibus terlihat sedikit miring.
![]() |
Ilustrasi oleh restyu. |
Jalur minibus di kabupatenku ini terkenal dibagi menjadi beberapa tempat: ngetan, ngidul, ataupun ngulon*3). Kurasa bentuk kendaraan semua sama sih tidak ada bedanya. Mungkin sedikit berbeda jika kondisi minibus sudah cukup berumur.
Kadang kala ada beberapa minibus yang jendelanya susah dibuka dan pegangannya hilang. Ada juga yang bagian sisi jendela berkarat sedikit. Kursi penumpang yang dicoret oleh anak-anak dengan spidol berisi pesan aneh atau bahkan umpatan. Jangan lupakan musik jedag-jedug yang sering disetel keras-keras, entah dangdut ataupun raege.
Aku sih sedikit tak habis pikir dengan coretan di kursi. Oke, aku masih paham dengan stiker di jendela tetapi tidak dengan coretan spidol. Apakah pesan dan makian dari spidol di permukaan kursi akan tersampaikan? Jumlah minibus banyak di kabupaten ini, belum lagi kemungkinan orang naik minibus itu dan menaruh perhatian akan tulisan absurd di kursi hanya berapa persen? Apa gunanya?
Kuharap kebiasaan corat-coret ini hilang sih. Mencoret kendaraan umum bukan hal keren. Jika ingin mengobrol ya lebih baik bicara langsung ataupun butuh memori untuk dikenang ya cukup foto saja dengan handphone. Kurasa kenangan melalui foto dan obrolan selama di minibus lebih berharga daripada coretan random di kursi.
Kalau mengenai musik aku tak terlalu ambil pusing sih. Aku biasanya lebih fokus ke jalan dan mendengar suara kendaraan daripada berfokus dengan lagu di minibus. Jadi, aku tak pernah memperhatikan lagu yang disetel.
Satu hal yang terkenal dari minibus mungkin ngetem*4) yang cukup lama. Kadang harus menunggu lama sekali untuk mulai jalan. Belum lagi jam lewat minibus yang tidak menentu, jadi sering butuh ekstra sabar untuk menunggu kendaraan ini kapan pastinya lewat.
Naik minibus yang ada kernetnya itu sangat membantu dan tidak bingung ketika akan turun. Berbeda dengan minibus yang hanya ada supirnya. Kadang kala berdesakan dan duduk di belakang aku kesusahan untuk bilang di mana aku harus turun. Alhasil, tempatku turun sedikit lebih jauh sehingga aku harus berjalan. Alternatif lain yang kugunakan agar tak mblandang*5) saat turun ya dengan mengetuk kaca jendela dengan koin logam sambil teriak, "Pak kiri!" agar pak sopir berhenti di tempat yang kumau.
Masih menjadi primadona di tempatku ini, minibus masih menjadi pilihan moda transportasi yang disayangi banyak orang. Beroperasi dari subuh hingga menjelang surup*6) mengantar orang ke tempat tujuan mereka. Apa lagi kalau ada acara yang membutuhkan kendaraan umum, moda transportasi ini masih sering di-carter*7) terutama untuk kondangan dengan mengajak banyak orang.
Baca juga: Nggandul
coretan oleh restyu, pengalaman 190215.
*2) Berdesak-desakan
*3) Bahasa Jawa untuk timur, selatan, dan barat
*4) Ngetem adalah waktu yang lama menunggu penumpang mengisi kendaraan
*5) Kelewatan/berlebihan
*6) Waktu mendekati maghrib ketika matahari mulai tenggelam
*7) Eicarter istilah yang digunakan di Wonogiri untuk menyebut disewa.
EmoticonEmoticon