Jumat, 10 Februari 2023

Panen Singkong Raksasa di Belakang Rumah

Sebagai orang Wonogiri yang dikenal sebagai kota gaplek makan singkong itu tidak asing. Bahkan melihat tanaman ubi kayu ini mengisi pekarangan rumah juga lumrah saja. Bagaimana tidak? Singkong memang mudah tumbuh bahkan tanpa dirawat.

Di rumahku sendiri bapak juga menanam singkong. Aku tak tahu jenis pastinya apa karena setiap waktu berganti bibitnya. Singkong yang ditanam tidak banyak, biasanya hanya 4 atau 5 pohon karena itu saja sudah banyak sekali hasilnya.

Panen singkong di rumahku tidak dicabut satu pohon. Biasanya tanah sekitar umbi akan digali kemudian umbinya dipotong. Jadi, pohonnya masih bisa hidup dan singkongnya masih dalam keadaan segar ketika hendak diolah.

Jujur saja sih, sudah tak terhitung berapa kali aku singkong goreng atau singkong rebus untuk camilan.  Jajanan sehat dan enak memang. Namun, pernah tidak sih membayangkan makan berkilo-kilo singkong selama berbulan-bulan itu rasanya sampai bosan seperti apa?

Panen Singkong Raksasa di Belakang Rumah
Ukuran batang singkong yang dipanen.

Mungkin setelah pertimbangan banyak hal, akhirnya bapak memutuskan untuk memanen 2 pohon singkong yang tersisa. Lagipula pohonnya sudah berumur tua, mungkin sudah ada 1 tahun lebih sedikit. Beruntungnya lagi ketika itu mbakku yang tinggal di luar kota tengah mudik bersama keluarganya ke rumahku dan singkongnya bisa dibawa mbak ke rumahnya.

Percaya tidak sih, butuh waktu hampir 1 jam hanya utnuk memanen 2 pohon singkong. Bahkan ketika ndangir*1) umbi singkong beberapa paving sempat harus dilepas karena umbinya menjalar kemana-mana. Belum lagi nduduk*2) tanahnya juga lumayan dalam.

Panen Singkong Raksasa di Belakang Rumah
Singkong ukuran terbesar yang harus aku bersihkan.

Badanku yang loyo tak bisa membuatku banyak membantuk untuk menggali umbi. Hal yang bisa aku bantu adalah mengangkut singkong yang besarnya berkali-kali lipat singkong normal. Selain itu, aku juga yang kebagian pekerjaan untuk mencuci singkong dari tanah yang melekat.

Aku tak habis pikir dengan ukuran singkong yang bahkan lebih besar dari lenganku. Aku sendiri yang memang kecil atau memang jenis singkongnya saja yang luar biasa besar. Mbakku saja sampai heboh mengunggah foto singkong raksasa itu karena ukurannya yang memang di luar nalar.

Panen Singkong Raksasa di Belakang Rumah
Total semua singkong yang dipanen.

Butuh tenaga ekstra, berkubik-kubik air, dan tenaga ekstra untuk menyikat tanah lempung di singkong. Entah berapa lama aku keceh*3) hanya untuk membilas singkong ini. Namun, pada akhirnya juga pekerjaan ini selesai juga ketika maghrib hampir tiba.

Esoknya setelah semua singkong diangkut mbakku pulang yang tersisa hanya batang dan daunnya saja. Tak lupa sisa tanah yang masih belum diurug*4) dari galian singkong masih menganga di belakang rumah. Pohon yang sudah dicabut mangkrak di jalan setapak untuk wira-wiri*5) ke tempat sampah.

Batang singkong berakhir dipilah oleh bapak. Ada yang digunakan untuk bibit, ada juga yang kulitnya dipotong sebelum nanti dijemur dan dibuang. Kenapa demikian? Agar tidak tumbuh lagi batang singkong harus benar-benar kering sebelum dimusnahkan.

Sisa daunnya luar biasa banyak tak bisa dimasak. Siapa coba yang mau makan daun singkong yang sudah tua seperti ini? Rasanya pasti alot dan aneh. Pada akhrinya tumpukan daun menjari itu berakhir untuk bahan kompos.

Panen Singkong Raksasa di Belakang Rumah
Bunga singkong yang belum mekar.

Ada satu hal menarik yang aku dapat ketika memperhatikan tumpukan pohon singkong ini. Percaya tidak sih, singkong itu bisa berbunga! Serius tanaman ini benar-benar berbunga.

Bapak sih sempat bilang jika singkong yang berumur 1 tahun bisa berbunga. Rasanya asing saja sih mengetahui fakta ini. Kurasa memang benar kata orang setiap hari pasti kita belajar.

Mungkin karena singkong yang biasa dikonsumsi dipanen pada umur 6-8 bulan, makannya aku tak pernah melihat bunganya. Lagipula singkong raksasa yang ditanam kali ini tingginya nyaris 2 meter lebih kurasa. Tanaman ini tumbuh rimbun bahkan sampai menanungi 2 pot jahe yang ada di bawahnya.

Jadi, apa sekarang masih ada singkong di pekarangan belakang rumahku? Jelas masih ada dong! Akan tetapi aku rasa nanti panennya tidak akan menunggu sampai esktrem seperti ini. Mungkin nanti di pertengahan tahun ketela pohon ini akan sudah dipanen.

coretan oleh restyu.

Glosarium:
*1) Ndangir (bahasa Jawa) mencangkul atau mencabut.
*2) Nduduk (bahasa Jawa) menggali tanah.
*3) Keceh (bahasa Jawa) bermain air.
*4) Diurug (bahasa Jawa) menutup galian.
*5) Wira-wiri (bahasa Jawa) bolak-balik atau mondar-mandir.


EmoticonEmoticon