Setiap tanggal 8 Agustus selalu diperingati sebagai Hari Kucing Sedunia alias International Cat Day. Kalau ditanya, jujur aku baru saja tahu akan hal ini. Ketika membuka aplikasi slowly untuk membalas beberapa surat dari sahabat pena ternyata ada event perangko gratis untuk Hari Kucing Sedunia.
Lantas untuk merayakan Hari Kucing Sedunia, aku memutuskan untuk menulis ini. Berhubung aku juga seorang yang memiliki majikan kucing di rumah. Ceritaku ini adalah sebuahengalamanku yang selalu mengadopsi kucing jalanan dan bukannya kucing ras.
Apa Kucing Jalanan dan Kucing Liar Sama?
Sebelum membahas mengenai ceritaku mengadopsi kucing jalanan, ada baiknya kita paham dulu mengenai beberapa hal berkaitan dengan kucing domestik.
Kucing seperti yang kita ketahui adalah salah satu hewan yang mengalami domestikasi oleh manusia pada zaman dahulu. Nenek moyang kucing domestik awal mulanya menyebar dari Asia Barat ke Eropa pada awal 4.400 Sebelum Masehi. Awalnya kucing mulai bekeliaran di sekitar manusia pada 8.000 tahun sebelumnya di sekitar area Hilal Subur[1].
Awalnya kucing hanya berkeliaran memburu tikus di sekitar ladang kemudian mereka ditangkap manusia dan dikandang. Lantas dimulailah proses domestikasi kucing oleh manusia.
Proses domestikasi kucing menjadikan kucing sebagai salah satu hewan yang dekat dengan manusia kini. Namun, ada beberapa istilah lain yang sering kita dengan berkaitan dengan kucing domestik, yaitu kucing jalanan, kucing peliharaan, dan kucing liar.
![]() |
Kucing jalanan yang diadopsi keponakan. Foto oleh restyu. |
Kucing jalanan dan kucing liar sama tidak sih? Membayangkan kucing jalanan yang hidup bebas mungkin ada beberapa yang mengaitkannya dengan kucing liar. Namun, kucing jalanan dan kucing liar tidaklah sama.
Kucing jalanan bisa diartikan kucing yang bersosialisasi dengan manusia walaupun hidup di luar dan dapat diadopsi menjadi peliharaan. Sedangkan kucing liar adalah kucing yang tidak akrab dengan manusia dan cenderung lebih senang hidup di alam liar[2].
Kucing jalanan ada kalanya merupakan kucing peliharaan yang hilang dan terlantar di luar. Jadi, kucing jalanan masih cenderung akrab dengan sentuhan manusia. Berbeda dengan kucing liar yang tidak terbiasa dengan manusia dan dapat bertahan hidup sendiri tanpa dibantu manusia[3].
Ceritaku Mengadopsi Kucing Jalanan
Jujur saja, sudah berkali-kali aku mengadopsi kucing jalanan. Membawa makhluk berbulu itu masuk menjadi anggota keluargaku sudah dimaklumi orang tuaku. Namun, ada 2 cerita mengadopsi kucing jalanan yang sangat berkesan untukku hingga ini.
Ini cerita ketika aku sudah duduk di bangku SMP. Sebagai orang yang tak akur dengan matematika, aku ikut les di rumah guruku. Itulah pertemuan pertamaku dengan kucing yang sangat berkesan bagiku dimulai. Aku tak tahu masih ada fotonya tidak, jadi mungkin nanti akan ada update jika aku berhasil menemukan file fotonya di drive.
Sore itu sambil menunggu les yang belum dimulai, aku dan temanku memilih duduk di teras depan rumah guruku. Lantas atensiku teralih ketika melihat seekor anak kucing basah kuyup di depan masjid. Aku yang setiap lihat kucing terenyuh apa lagi kondisinya yang seperti itu membuatku bergegas menghampirinya.
"Mbaknya kalau mau bawa aja mbak. Itu ndak ada yang punya kok. Kasihan di sini soalnya disiram terus sama orang."
Kurang lebih itu adalah ucapan seorang ibu-ibu yang sedang menyuapi anaknya makan sore padaku. Lantas dengan tekat yang bulat, kuputuskan untuk membawa kucing itu pulang ke rumah. Untuk alasan ke Bapak dan Ibu di rumah kupikir nanti saja, sekarang bawa saja si kecil dulu.
Awalnya kupikir akan membawanya pulang dengan kantong kresek. Tidak etis dan benar memang. Namun, ya bagaimana lagi? Masa ya aku masukin ke dalam tas? Untungnya guruku dengan baik hati memberikan satu kardus bekas yang memudahkanku membawanya.
Setibanya di rumah, omelan adalah hal yang pertama menyapaku. Namun, ujung-ujungnya si kucing diterima dan menjadi bagian dari keluargaku. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya malam itu si kecil ini kuberi nama Tor. Iya, aku tahu naming sense-ku jelek, tapi Tor adalah nama tercocok untuknya.
Tor mendapat rekor kucing yang menemani keluargaku cukup lama. Selama empat tahun dia menemaniku belajar, nonton televisi, menulis, dan berbagai hal random lainnya.
Ingatanku agak kabur kapan dia mati. Namun, dia mati sakit dan untungnya masih bisa kutemukan. Bapak dan aku memutuskan untuk menguburnya di belakang di rumah.
Jujur saja, empat tahun rasanya singkat sekali kebersamaanku dengan Tor. Aku tak bohong Tor adalah kucing yang masih berbekas dalam ingatanku. Rasanya kali pertama menangis saat menemukannya tak bernyawa masih kemarin dalam ingatanku. Sampai sekarang, Tor masih menjadi kucingku tersayang walaupun sudah tiada.
Pengalamanku keduaku mengadopsi kucing jalanan sedikit mirip dengan Tor. Anak kucing kecil yang bahkan lebih kecil daripada Tor ini membuat simpati kala melihatnya. Tubuhnya menggigil dengan bulu basah karena disiram tukang siomay.
Kembali memutuskan untuk mengadopsinya tanpa pikir panjang. Sebelum pulang, aku mampir ke rumah temanku Nanda karena memang rencana awalku mau main ke sana. Nanda memberiku sebuah kardus kecil untuk memudahkan membawanya ke rumah.
Aku ingat saat anak kucing ini mengeong selama perjalanan ke rumah naik gojek. Bapak driver-nya sampai kaget. Ya, selama perjalanan aku bercerita kenapa membawa pulang kucing ini.
Lantas saat setiba di rumah rekasi yang kuterima biasa saja. Bapak dan Ibu sudah maklum lihat aku membawa kucing jalanan untuk kesekian kalinya pulang.
Aku memberi nama anak kucing ini Mango, tetapi entah kenapa Bapak selalu memanggilnya Cempluk. Ya sudah, berakhirnya dia sering dipanggil Cempluk.
Cempluk mungkin yang paling aktif di antara kucing yang pernah kuadopsi. Dalam semalam seluruh bagian rumah dari ngarep*1) sampai mburi*2) sudah dijelajah.
Kebersamaanku dengan Cempluk tak terlalu lam, hanya sekitar 1 tahun . Setelah itu dia hilang entah ke mana. Aku dan Bapak sempat bertanya ke tetangga apa sempat melihat Cempluk. Namun, nihil jawaban.
Sebelum Cempluk menghilang, dia meninggalkan 3 anak di rumah. Jujur saja, emosiku campur aduk ketika Cempluk meninggalkan anak-anaknya. Namun, aku tetap akan merawat dan menjaga ketiganya.
![]() |
Cempluk dan ketiga anaknya. Foto oleh restyu. |
Kali ini yang memberi nama anak-anak Cempluk adalah Bapak. Namanya lagi-lagi random dan aneh . Temanku selalu mengernyit setiap mendengarnya. Ceplas, Ceplus, Ceplis adalah untuk trio kucing ini.
Merawat anak-anak Cempluk memberiku pengalaman baru. Karena mereka masih kecil, aku berulang kali memberikan susu lewat pipet. Selain itu, aku juga harus membiasakan mereka untuk pipis dan poop di pasir yang sudah disediakan.
Lagi-lagi dalam waktu beberapa bulan, anak-anak Cempluk yaitu Ceplus dan Ceplis menghilang begitu saja. Aku mencari sampai di sekitar rumah tak ada, bertanya ke tetangga juga sama hasilnya. Hilang entah kemana mereka berdua, meninggalkan Ceplas yang memang kucing kesayangan Bapak.
Ceplas kurasa adalah kucing kesayang Bapak setelah Tor. Apa ya, dia bisa dibilang kucing yang ndambleg*3) walaupun tidak se-ndableg Tor. Selain itu, kurasa Ceplas juga kucingku yang paling gampang di foto dibanding yang lain.
Setahun selepas saudara Ceplas pergi, Ceplas melahirkan 3 anak kucing. Lagi-lagi majikan di rumahku bertambah. Namun, keluargaku tetap merewat mereka penuh sayang.
Tak lama setelah anak Ceplas mulai bisa berjalan, induknya hilang. Aku masih berharap dia pulang karena pada dasarnya dia sering pergi beberapa hari dan kembali. Sayangnya itu hanya anganku saja, Ceplas tak pulang sama sekali
Ceplas meninggalkan anak-anak saat mereka sudah besar Jadi, Bapak dan aku tidak terlalu kelimpungan seperti dulu. Cuma ya sayang saja, dari 3 anak Ceplas, hanya 1 yang bertahan. Dua yang lain tidak bertahan karena sakit walaupun sudah dibawa berobat ke dokter.
Lantas, ini dia kucing yang masih setia menemaniku di rumah. Menjadi kawan Bapak ketika menyiram anggrek, sasaran kejar-kejaran keponakanku, dan temanku ngobrol kala aku suntuk. Namanya Gahar, kucing yang berbadan besar dengan bulu layaknya kucing ras tapi sayangnya ia sangat penakut.
Gahar menjadi penguasa dari penguasa di rumah. Majikan yang paling disayang kami serumah sekarang. Kucing satu ini juga sering jadi biang kerok membawa teman mampir ke rumah cuma untuk gelut*4) tapi ujung-ujungnya juga kalah.
Walaupun begitu, baginda Gahar tetap kucing kesayang di rumah. Rasanya selalu senang melihat tingkah absurd darinya selama di rumah.
Kenapa Aku Mengadopsi Kucing Jalanan?
Aku sempat mendapat pertanyaan dari temanku. Kenapa kamu milih kucing jalanan sih? Kucing jalannya kan cuma biasa, lebih bagus kucing ras. Kalau kucing ras nanti bisa dijual anaknya.
Jujur saja, aku memelihara kucing bukan untuk bisnis. Aku lebih mencari teman yang bisa menghiburku dan menjadi bagian dari keluarga. Jadi, kurasa mengadopsi kucing jalanan sudah lebih dari cukup.
![]() |
Cempluk beberapa hari setelah diadopsi. Foto oleh restyu. |
Kucing jalanan juga kondisinya banyak yang mengkhawatirkan. Mereka dianggap musuh walaupun cuma sekadar lewat. Hatiku lebih gampang terenyuh dengan kucing-kucing di jalan yang berjuang untuk survive di tengah galaknya lingkungan sekitar mereka.
Banyak loh kucing jalanan yang udah terlihat cantik dan bagus. Cukup dirawat dengan baik dan mereka akan menjadi anabul yang cakep. Itu juga menjadi pertimbanganku kenapa memilih kucing jalanan dibandingkan kucing ras sebagai hewan peliharaan.
Pesan Tambahan Berkaitan dengan Kucing
Sebelum aku tutup, aku ingin memberikan tambahan sedikit.
Semua kucing itu baik mau kucing ras ataupun kucing kampung. Semua itu bergantung bagaimana kita merawat dan menyayangi mereka. Jadi, kalau ada kucing jalanan yang menarik hati kalian untuk diadopsi dan kalian mampu diadopsi, silakan rangkul mereka untuk menjadi bagian keluarga kecilmu.
![]() |
Ceplas yang tidur di kursi depan rumah. Foto oleh restyu. |
Untuk kalian yang mengadopsi kucing, rawat dengan baik dan sungguh-sungguh. Jangan buang kucing kalian dengan alasan ini dan itu. Jika tidak mampu untuk melanjutkan merawat, silakan cari adopter lain yang bisa lanjut merawat. Namun jika dari awal tidak mampu untuk merawat, sebaiknya dipikirkan lagi keinginan untuk mengadopsinya.
Selain itu, untuk orang yang tidak terlalu suka kucing aku hanya meminta satu hal sederhana. Jika tidak suka kucing, usirlah sewajarnya saja. Tidak perlu sampai melakukan hal ekstrem. Kucing luar sana baik kucing liar dan kucing jalanan adalah makhluk ciptaan Tuhan dan memiliki perannya di ekosistem.
Rawat anabul-anabul kalian dengan baik. Sayang mereka karena mereka pasti juga menyayangimu. Selamat Hari Kucing Sedunia!
coretan oleh restyu ditulis pada 080822 untuk memperingati Hari Kucing Sedunia.
*1) Depan
*2) Belakang
*3) Diam pasrah
*4) Berkelahi
Referensi:
[1] Cats Domesticated Themselves, Ancient DNA Shows
[2] What’s the difference between stray, feral, and pet cats?
[3] Jangan Keliru, Ini Perbedaan Kucing Liar dan Kucing Jalanan
EmoticonEmoticon