Sebab satu dan beberapa hal, penghujung Agustus kemarin aku pergi ke Solo bersama Bapak. Ini adalah perjalan pertama kami pergi lumayan jauh setelah sekian lama.
Perjalanan ini remeh sebenarnya. Cuma ada magis nostalgia tersendiri bagiku kali ini. Mungkin sebab dulu Bapak dan aku sering ke Solo sehingga rasanya nostalgia sekali sekarang.
Lantas, ini adalah sedikit cerita perjalanan kami di penghujung Agustus kemarin.
Pilihan Kendaraan Pergi
Pilihan pergi ke Solo ada banyak sekali sejatinya. Namun, kami kerucutkan menjadi 2 opsi. Pertama, naik motor seperti apa yang sudah amat sering aku lakukan. Kedua, naik bus entah itu bus AKAP atau bus Trans Jateng.
Mengingat Bapak sudah sepuh, opsi naik bus adalah pilihan kami. Yah, sebenarnya sih alasan kuatnya karena Bapak tidak kuat naik motor terlalu sama. Jadi ya bus adalah pilihan terbaik.
Naik bus AKAP dari Wonogiri ke Solo sebenarnya bukanlah hal asing. Aku sering kok naik ini pas zaman SMA dulu buat beli buku ke Togamas atau Gramedia di Solo. Cuma ya itu kan sudah bertahun kepungkur plus rasanya tidak relate banget dengan kondisi 2025 sekarang.
Jengah menunggu bus yang tak kunjung lewat di jalan besar depan rumah membuat kami naik minibus ke arah Wonogiri. Kami turun di dekat alun-alun, tepatnya di KPN—begitu aku menyebut tempat itu hingga sekarang. Selepasnya jalan kaki sedikit ke Ponten.
Tak butuh waktu lama menunggu di Ponten—mungkin cuma 10 menit—satu bus muncul dari arah timur. Buru-buru aku stop kendaraan besar itu sebelum bergegas naik.
Berkendara Naik Bus ke Solo di 2025
Armada bus yang kami naiki adalah Gunung Mulia. Biaya perjalanan dari Ponten sampai Patung Tembak adalah Rp20.000/orang. Jadi, untuk 2 orang merogoh kocek Rp40.000.
Jujur aku tak ingat bayak selama perjalanan berangkat ini. Hidungku gatal sebab pilek membuatku lebih banyak menghirup inhaler agar tidak bocor. Satu hal yang aku ingat, rute perjalanan bus ini berbeda dengan rute yang biasa aku naiki saat naik motor. Soalnya kami melewati area Sritex.
![]() |
| Bersama Bapak naik bus Gunung Mulia ke Solo. |
Bapak sempat basa-basi dengan Pak Kenet. Obrolannya berputar perkara nanti entaknya turun di mana. Kami hedak ke Taspen Surakarta. Jadi, Bapak tanya apa bisa turun di depan Taspen.
Bertahun tak naik bus AKAP rute Wonogiri-Solo ternyata sebuah perubahan besar terjadi. Sekarang sudah tidak bisa turun di depan Taspen seperti dulu. Rute bus sudah diganti. Bisanya kami turun di Patung tempak sebelum sedikit berjalan ke tempat itu.
Dulu sih seingatku kalau naik bus pasti lewat Taspen dan Stasiun Purwosari. Namun, rute sekarang berubah. Pak Kenet bilang sejak ada flyover atau pas zaman COVID-19 kemarin rute bus diputar. Sekarang malah bus lewat depan Stasiun Solo Balapan.
Perjalanan ini membutuhkan waktu satu jam. Setelah tiba di Patung Tembak, kami turun dan bergegas berjalan sedikit. Mungkin kami cuma melangkah sejauh 300 mter dari Patung Tembak. Selepasnya urusan aku fokus menemani Bapak mengurus berkas di Taspen.
Mabuk Perjalan Selama Pulang
Urusan di Taspen selesai dalam waktu cepat. Pokoknya selepas itu kami mampir sarapan ke warung terdekat. Sarapan kali ini—yang sudah jelas terlambat karena hampir jam 11—ditemani dengan menu nasi liwet, gorengan, dan teh hangat.
Perjalanan pulang kami dimulai dengan dilema. Pulangnya bagaimana? Setelah membahas ini dan itu selama sarapan, diputuskanlah naik bus ke terminal dulu sebelum naik bus lagi ke arah Wonogiri. Ribet sih tapi Bapak maunya begitu.
Naik bus ke Terminal Tirtonadi dari Taspen membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Ongkornya Rp15.000 untuk dua orang. Setibanya di terminal, langsung deh kami cari Trans Jateng arah Wonogiri.
Ini adalah kali ketiga aku naik Trans Jateng rute Solo-Wonogiri. Jika dibandingkan terakhir kali naik di bulan Januari atau Februari kemarin, ada sedikit perbedaan.
Bila ingin memasuki area tunggu Trans Jateng sekarang harus scan dulu dengan karcis dari mesin di depan ruang tunggu. Gak ribet dan susah kok. Kalau pun bingung ada staff yang membantu di sana.
Selain itu, sekarang ada petugas yang memberikan informasi keberangkatan bus elwat pengeras suara. Informasi bus yang akan berangkat disampaikan. Kalau mau tanya soal jam keberangkat juga boleh tanya ke petugas tersebut.
Aku amat sangat bersyukur kali ini tidak jadi pepes saat naik bus ini. Naik Trans Jateng dari terminal memang lebih nyaman ketimbang dari halte. Soalnya kami masih kebagian tempat duduk. Tak perlu berdiri dan berdesakan.
Oh iya, sedikit info tambahan. Sekarang tiket Trans Jateng rute Solo-Wonogiri adalah Rp5.000. Ada sedikit kenaikan semenjak beberapa bulan kemarin.
Perjalanan pulang ini terasa lebih melelahkan ketimbang saat berangkat. Aku rasa setelah memasuki Solo Baru mabuk perjalan menyerang diriku. Rasanya tak nyaman. Kepalaku sedikit pusinh. Intinya tidak enak banget. Dalam hati aku komat-kami berharap segera sampai rumah dan rebahan.
Satu jam lebih sedikit dibutuhkan sebelum akhirnya tiba di Shelter. Selepas meloncat turun dari bus aku lega. Kukumpulkan sedikit nyawaku yang seras lepas dengan minum air sebanyak mungkin. Sedikit membantu meredakan pusingku.

Perjalanan pulang naik minibus ke rumah.
Pulang naik minibus ke rumah rasanya masih tidak enak. Detail perjalanan pulang tak aku ingat kecuali aku ngibrit ke rumah selepas turun dari minibus. Jam 2 kurang sedikit aku sudah bisa rebahan di kasur pokoknya.
Hal pertama yang aku lakukan ganti baju, salat, lalu rebahan. Pusing yang merayap di kepalaku membuatku akhirnya pulas selama 1 jam.
Jujur deh, perjalanan kemarin dengan Bapak cukup menyenangkan kok. Rasa nostalgia saat Bapak menemaniku ke Solo dulu terasa menyembul ke permukaan. Rasanya hangat. Cuma yah minus mabuk perjalanan yang mengacaukan semua ini sih menurutku.
Aku harap, aku masih bisa bepergian dengan Bapak lagi utnuk waktu yang lama. Tak perlu ke tempat jauh dan muluk deh, ke tempat saja pati sudah menyenangkan. Semoga harap ini bisa terwujud ya. Semoga.
restyu, 031025.

EmoticonEmoticon