Sabtu, 23 September 2023

Sebuah Permen dalam Uang Kembalian

Sekarang sudah tahun di mana transaksi jual beli makin beragam. Tak selalu harus bertatap muka bisa juga daring. Tak melulu bayar tunai bisa pula dengan cashless. Intinya ada banyak pilihan dalam aktivitas niaga kini.

Aku sendiri seringnya melakukan pembayaran tunai. Jarang bayar pakai uang pas dan seringnya lebih sehingga dapat uang kembalian. Namun, beberapa waktu kemarin aku sempat mengernyit ketika menerima kembalian di kasir.

Sebab ada barang yang habis ya sudah aku pergi belanja sebentar sebelum jemput keponakanku. Aku bukan tipe orang yang lama dalam berbelanja. Cari apa yang dibutuhkan, bayar di kasir, lalu pulang. Apa lagi masih harus jemput ponakan jadinya aku makin buru-buru.

Sebuah Permen dalam Uang Kembalian
Belanja aksesoris sedikit.

Belanjanya cuma sedikit kok. Sebatas aksesoris saja seperti tali rambut, jepit rambut, dan peniti kerudung. Habisnya juga tidak sampai ratusan ribu hanya beberapa belas ribu rupiah doang.

Usai mengucap terima kasih kepada mbak kasirnya aku sempat bengong selama beberapa detik sebelum bergeser. Sambil buru-buru memasukan barang ke kantong pikiranku masih terbayang kembalian yang aku terima. Dua lembar uang kertas, sekeping uang logam, sebuah struk belanja, dan sebungkus permen.

Sebuah Permen dalam Uang Kembalian
Kembalian yang aku dapat.

Lah, sekarang masih ada kembalian permen? Kepalaku dipenuhi tanda tanya selama jalan ke tempat parkir. Seingatku sudah lama sekali aku tak menerima kembalian permen. Biasanya kalau tidak ada beberapa koin logam kembalian akan dibulatkan atau didonasikan kan?

Sesampainya di rumah dan aku cek kembali nota belanjaku. Sebenarnya kembaliannya sudah dibulatkan loh. Dari 400 digenapkan menjadi 500. Aku wajar saja dengan pembulatannya soalnya kan memang sekarang cari receh 100 dan 200 itu luar biasa susah.

Aku tak sambat*1) gegara ini kok. Aku sama sekali tak marah sebab kenapa permen alih-alih sekeping uang 100 rupiah. Aku cuma merasa nostalgia.

Dulu sih ketika masih bocah kalau belanja kerap dapat kembaliannya permen. Entah itu ke warung atau ke toko aku sering dapat permen usai belanja. Jadi ketika diriku yang sebesar ini dapat permen dalam kembalian rasanya aku mengenang masa lalu.

Sebuah Permen dalam Uang Kembalian
Permen yang aku dapat tadi.

Sebuah kekehan kecil lolos dariku ketika melihat bungkus permen yang diam saja di tasku. Mungkin peran permen di kembalian ini bisa aku anggap sebagai apresiasi kali ya? Soalnya kita sebagai pelanggan masih senang tiasa belanja di toko tersebut. Jadi, wajar kan kalau aku anggap ini apresiasi.

Tak mau ambil pusing pada akhirnya pilih makan permennya buru-buru. Biar tidak dilihat terus, biar tak jadi overthinking. Karena ya memang manisnya permen itu lebih menghibur dibandingkan mumet*2) mikir kenapa dikasih kembalian permen padahal sudah dibulatkan.

restyu, 230923.

Glosarium:
*1) Sambat (bahasa Jawa) mengeluh.
*2) Mumet (bahasa Jawa) pusing.


EmoticonEmoticon