Oglangan*1) secara tiba-tiba selalu membuat kesal. Sedang asyik atau bahkan butuh menggunakan benda elektronik tiba-tiba listrik padam. Apa lagi kalau mati listriknya tanpa pemberitahuan jadinya jelas kesal.
Petang kemarin rasanya dongkol saat sedang leyeh-leyeh*2) istirahat selepas salat maghrib malah mati lampu. Kupikir cuma jeglek*3) doang, ternyata pas mengintip ke jendela semua lampu mati bahkan lampu jalan yang terang padam juga. Cahaya yang terlihat jelas cuma lampu dari kendaraan yang lewat di jalan raya.
![]() |
Pemandagan ketika oglangan dari ruang tamu. |
Sambil bersungut dan kesal, aku ikut kumpul di ruang tamu. Paling tidak di sana tidak segelap ruangan lain karena masih bisa lihat pantulan cahaya kendaraan yang lewat. Duduk di sofa dengan manis lantas mulai ngobrol ngalor-ngidul*4) sama Bapak.
Obrolan kami beragam, awalnya dimulai dari aku yang bertanya apa di grup RT ada pemberitahuan oglangan yang nyatanya tidak. Lantas usai itu obrolan random kian berlanjut hingga kami membahas lampu emergency. Bersungut kesal karena lampu yang biasa digunakan tidak di-charge dan tak bisa digunakan di saat seperti ini.
Baca juga: Oglangan Alias Mati Lampu Sering Mampir di Musim Hujan
Aku sempat berceletuk soal lampu ublik*5) dan lampu badai*6) yang entah sekarang ada di mana. Kedua lampu itu semaca kecilku menadi penyelamat kala mati lampu. Namun, sekarang kedua lampu itu aku rasa keponakanku tak akan tahu adanya dua eksistensi lampu itu.
Dulu ketika masih mudah dapat minyak tanah, lampu-lampu dengan bahan minyak tanah selalu menjadi pilihan penerangan kala gelap. Aku pikir bahkan itu mungkin mulai sejak zaman dulu sekali di awal-awal listrik belum seperti sekarang. Ingatanku yang disuruh pergi ke warung sambil membawa jeligen untuk membeli minyak tanah bahkan masih segar.
Namun, era sekarang sudah berganti. Kompor minyak kini tergeser dengan kompor gas. Belum lagi harga seliter minyak tanah bisa lebih mahal dibandingkan seliter bensin. Itu pun kalau mudah ditemukan juga sih.
Lampu ublik yang mungkin dikenal juga dengan lampu semprong dulu itu di rumah ada 2 ukuran, besar dan kecil. Aku ingat dulu pernah sambil diterangin cahaya lampunya yang kuning dan bau terbakar khas jadi penerangan menemaniku belajar. Belum lagi aku ingat kalau bagian kaca atasnya yang bila apinya terlalu besar akan meninggalkan jelaga hitam.
Aku rasa bagian kaca yang seling berjelaga itu juga mudah pecah setahuku. Memang lampu semacam ini kalau diguanakan harus hati-hati. Karena yang bagian kacanya lebih rapuh dibandingkan lampu badai.
![]() |
Lampu ublik yang ada di rumah sekarang. |
Jadi, sekarang eksistensi lampu ini bagaimana? Apa mereka sudah hilang? Awalnya aku pikir begitu sih. Akan tetapi, pikiran itu langsung sinar ketika Ibu mengeluarkan lampu emergency yang dibelinya. Lah, kok ada lampu semprong?
Aku yang melihatnya tak ambil pusing pada awalnya. Alih-alih fokus ke lampu yang membuat ruangan sedikit terang, aku malah larut pada obrolan dengan Bapak yang beragam. Atensiku baru kembali lagi ketika listrik sudah menyala dan aku disuruh mematikan lampu emergency-nya.
Lampu semprong kini tidak pakai minyak. Sekarang lampu ini berevolusi menggunakan listrik. Aku terlihat katrok kala memutar bagian yang digunakan untuk menaikan dan menurunkan sumbu. Kini bukan sumbu yang naik atau turun tapi lampu kecil berwarna putih yang naik turun.
Sambil mencermati lamat-lamat lampu ubliknya. Bahan kaca ini diganti plastik. Beratnya jelas lebih ringan dan tidak seringkih kaca yang mudah pecah bila panas atau jatuh.
Selain itu, di bagian bawah ada tempat untuk meletakkan baterai. Aku tak tahu berapa banyak baterai yang dibutuhkan lampu ini. Soalnya aku merasa segan untuk mengintipnya daripada nanti dimarahin karena iseng aneh-aneh.
Jika aku ingat kembali pedar lampunya memang bukan kuning. Sekarang warnanya putih walaupun aku rasa tak seterang lampu berbahan minyak. Namun, tetap saja cahaya membantuk kala mati lampu seperti tadi.
Sambil menyimpan lampu ke tempatnya semula, aku jadi makin berpikir. Zaman memang berubah dan alat-alat semakin berubah. Apa yang dulu rasanya lekat dengan kita perlahan jadi asing. Buktinya adalah lampu semprong yang awalnya memakai minyak tanah kini malah memakai baterai. Aku jadi tak dapat menduga lagi apa yang akan berubah kelak.
Baca juga: Sudden Pitch Blak Cause Of Sudden Blackout
coretan oleh restyu.
*1) Oglangan (bahasa Jawa) mati lampu atau lebih tepatnya mati listrik yang skalanya luas.
*2) Leyeh-leyeh (bahasa Jawa) bermalas-malasan atau berleha-leha, bisa diartikan juga rebahan mungkin.
*3) Jeglek maksudnya padam listrik di suatu tempat biasanya karena dayanya tak kuat.
*4) Ngoblor ngalor-ngidul (bahasa Jawa) mengobrol tak jelas dengan topik bermacam dan berputar-putar.
*5) Lampu ublik adalah lampu yang dulu menggunakan bahan bakar minyak untuk penerangan. Lampu ini mungkin dikenal juga dengan nama lampu minyak, lampu teplok, atau lampu semprong.
*6) Lampu badai merupakan salah satu lampu miyak. Bentuknya berbeda denga lampu ublik dan terlihat lebih rapat.
EmoticonEmoticon